ESDM Tegaskan Peran Batubara Masih Vital dalam Transisi Energi Nasional

Minerba.id – Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM, Tri Winarno, menegaskan bahwa batubara masih menjadi bagian penting dalam menjaga ketahanan energi nasional, sambil memastikan Indonesia tetap berada di jalur transisi energi yang adil dan berkelanjutan.

Dalam sambutannya di ajang Coaltrans Asia (CT Asia) 2025 di Bali, Senin (22/9), Tri menjelaskan bahwa di tengah upaya global menuju energi bersih, Asia masih menjadi pasar utama konsumsi batubara, dan Indonesia memiliki peran besar di dalamnya.

“Produksi batubara Indonesia pada 2024 mencapai 836 juta ton, tertinggi sepanjang sejarah. Hingga Agustus 2025, produksi sudah menyentuh 509 juta ton atau sekitar 68,8% dari target nasional. Jika performa kuartal akhir stabil, target produksi tahun ini bisa tercapai,” jelasnya.

Dengan cadangan batubara sebesar 97,96 miliar ton sumber daya dan 31,95 miliar ton cadangan, Indonesia tetap menjadi pemasok energi penting di kawasan Asia.

Kontribusi Ekonomi dan Hilirisasi Batubara

Tri menyoroti bahwa sektor batubara menyumbang besar terhadap ekonomi nasional. Pada 2024, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor ini mencapai Rp142,89 triliun, atau lebih dari 70% total PNBP Minerba.

Namun pemerintah kini tak hanya fokus pada produksi, melainkan juga pada hilirisasi batubara agar menciptakan nilai tambah dalam negeri. Fokus diarahkan ke produksi Dimethyl Ether (DME) sebagai pengganti LPG, serta metanol untuk kebutuhan industri kimia dan energi.

Teknologi Bersih untuk Tekan Emisi

Penerapan Clean Coal Technology (CCT) menjadi langkah strategis dalam mengurangi emisi. Pemerintah mendorong penggunaan teknologi supercritical dan ultra-supercritical boilers, serta pengembangan gasifikasi batubara.

“Semua pembangkit baru yang disetujui sebelum moratorium wajib memakai teknologi superkritis atau lebih baik. Beberapa pembangkit mandiri industri bahkan telah mengadopsi boiler unggun terfluidisasi sirkulasi untuk efisiensi lebih tinggi,” ungkap Tri.

Teknologi gasifikasi memungkinkan batubara diubah menjadi syngas, yang dapat digunakan sebagai sumber listrik, bahan bakar cair, hidrogen, atau bahan baku kimia.

Menuju Transisi Energi Berkeadilan

Pemerintah menargetkan pensiun dini PLTU batubara pada 2040, seiring dengan strategi pemanfaatan batubara yang lebih adil dan ramah lingkungan.

“Batubara masih dibutuhkan untuk menopang pasokan energi dan industri, terutama smelter. Namun kita harus disiplin dalam pengelolaan, memperkuat hilirisasi, dan menekan dampak lingkungan,” tambahnya.

Menegaskan Arah Kebijakan Energi Nasional

Melalui Coaltrans Asia 2025, pemerintah menegaskan arah kebijakan energi nasional yang menekankan keseimbangan antara konsumsi batubara, penguatan pasar domestik, dekarbonisasi industri, dan keberlanjutan energi untuk generasi mendatang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *